Ippho Santosa adalah seorang penulis, pembicara, motivator
dan pengusaha muslim Indonesia.
Berikut tulisan dari Ippho Santosa terkait berita yang lagi
rame, Perda yang mengatur warung makan di bulan Ramadhan.
Tulisan ini diposting di fbnya (Selasa, 14/6/2016). Selamat
menyimak...
Pernah Nyepi di Bali? Keluarga saya pernah. Seperti yang
kita tahu, saat Nyepi, hampir semua kegiatan ditiadakan. Contoh, selama Nyepi
keluarga pasien di berbagai rumah sakit tidak boleh keluar RS dengan alasan
apapun. Stok makanan pun harus disiapkan, mengingat warung di sekitar RS juga
tutup.
Selama Nyepi, bandara tutup 1 hari dan ratusan penerbangan
ditiadakan. Perbankan tutup sampai 3 hari. Anda mungkin menyebutnya aneh dan
rugi. Tapi sebagian pengamat menyebutnya unik dan hemat. Di atas segalanya,
itulah tradisi dan keyakinan mereka. Hargai. Akan indah jadinya.
Anda masih protes? Tunggu dulu. Apakah Anda penduduk Bali?
Apakah pendapat Anda dianggap penting bagi warga bali? Jika tidak, baiknya Anda
diam saja. Hargai. Konon pemilik sebuah toko seluler di Kuta Bali pernah
menghina tradisi ini. Yah wajar saja kalau warga merasa geram. Lalu, sebagian
mengamuk dan merusak toko itu.
Setiap hari Minggu, di sejumlah kota di Papua, salah satunya
Jayawijaya, warga dilarang jualan. Apapun agama mereka. Itu artinya 52 hari
dalam setahun. Kalau Ramadhan, cuma 29 atau 30 hari. Saya pribadi pernah
berkunjung ke tiga kota di Papua dan saya melihat ini diatur melalui Perda. Anda
mau protes? Tunggu dulu. Apakah Anda penduduk Papua? Apakah pendapat Anda
penting bagi warga Papua? Jika tidak, baiknya Anda diam saja. Hargai.
Setuju atau tidak, inilah Perda. Selama Ramadhan, rumah
makan di beberapa kota, termasuk Serang, diminta untuk tidak beroperasi
siang-siang, cukup sore dan malam saja. Di berbagai kota di Sumatera juga
begitu, dengan atau tanpa Perda. Anda protes? Tunggu dulu. Apakah Anda penduduk
Serang? Apakah pendapat Anda penting bagi warga Serang? Jika tidak, yah diam
saja. Hargai.
Di Texas, warga biasa boleh menyimpan senjata api di mobil
dan di rumah. Sementara di negara bagian lainnya di AS, tidak boleh. Ini
'Perda' mereka.
Perda berasal dari aspirasi rakyat setempat. Artinya
kebiasaan ini sudah berlangsung puluhan tahun bahkan ratusan tahun. Perda
walaupun usianya baru sekian tahun atau belasan tahun berusaha mengukuhkan
aspirasi ini. Semoga kita bisa memahami dan berhenti menghakimi.
Boleh-boleh saja kita berempati dan berdonasi kepada si
ibu-ibu itu. Apalagi setelah digiring dan didramatisir oleh media. Tapi
pikirkan juga Perda yang telah ditetapkan di Serang. Coba bayangkan, Anda buka
bengkel di Bali ketika Nyepi. Atau buka lapak ketika Hari Minggu di Kabupaten
Jayawijaya. Ending-nya juga sama, Anda bakal diciduk.
Saya awalnya juga memprotes penggerebekan dan penertiban
rumah makan di Serang itu. Kok disita? Warga Serang merespons, "Untung
cuma disita. Kalau menurut Perda, yah denda puluhan juta. Dan Perda ini sudah
berlangsung sejak 2010. Mestinya setiap warga sudah paham walaupun buta
huruf." Fyi, kalau di Serang, mall juga mematuhi, bukan cuma pedagang
kecil. Alhamdulillah, ada TK dan SD Khalifah di Serang, makanya sedikit-banyak
saya tahu, hehehe.
Lantas bagaimana dengan mereka yang tidak berpuasa?
Non-muslim, musafir, orang sakit, muslimah haid, hamil, dan menyusui. Tenang.
Mereka telah mengantisipasi. Aman kok. Terbukti mereka tetap tinggal di sana
selama bertahun-tahun. Nggak protes. Kok kita orang luar yang sok tahu dan mau
menggurui?
Sebenarnya, dalam pemahaman Yahudi dan Kristen ada juga
anjuran untuk menghormati tradisi puasa. Lihat Imamat 23: 29 dan ayat-ayat
lainnya. Tentu saja ini tiada kaitan sama sekali dengan dinamika muslim
sekarang. Yah sekedar komparasi saja.
Saya pribadi tak pernah menyuruh orang untuk menghargai
puasa saya. Toh ini urusan saya dengan Tuhan saya. Tapi saat suatu kota
memutuskan sebuah Perda terkait Ramadhan, tak ada salahnya saya dan kita semua
turut mengapresiasi. Bagaimanapun itu Perda, itu aspirasi.
Sekian..
Sign up here with your email
Conversion Conversion Emoticon Emoticon