Pak Kamsud pagi itu belum sempat sarapan di rumah, maka
sebelum kerja, ia mampir dulu di Warteg Pak Karman langganannya. Belum juga
sempat duduk, Pak Kamsud langsung ditembak pertanyaan sama pak Karman.
Nah, ini dia Pak Kamsud kebetulan sekali nih" kata pak
Karman. "Ada apa emang koq pakai kebetulan segala?" tanya pak Kamsud
keheranan. "Gini pak Kamsud, dari kemaren di Warteg ini banyak orang
ngobrolin tentang baca Quran dengan langgam Jawa, menurut pak Kamsud sendiri
gimana itu?" "Ya, kalo menurut saya pribadi sih itu namanya kurang
kerjaan." "Lha koq gitu pak?" tanya pak Karman.
"Sekarang fungsi daripada baca Quran itu sendiri apa
coba, saya tanya pak Karman?" "Ya untuk didengar, dipahami, dihayati
dan kemudian diamalkan." "Nah betul itu. Sekarang kalo baca Quran
tapi malah bikin konflik apa itu gak kurang kerjaan namanya?" "Gak
gitu juga lah pak Kamsud, selama baca Quran itu telah memenuhi kaidah Tajwid
dan tidak merubah maknanya, mau dibaca dengan nada Jawa atau nada Arab juga
terserah aja kan? Lagian banyak juga lho, para Kyai yang mengatakan itu
boleh."
"Tanpa sedikit pun mengurangi rasa hormat saya kepada
para Ulama, tapi penjelasan mereka itu harus kita pahami secara proporsional
pak Karman; karena mereka mungkin mengungkapkan hukum dasarnya saja, bukan
siasat fatwanya. Maka bisa jadi sesuatu itu diperbolehkan, tapi tetap jangan
dikerjakan karena dapat mendatangkan mafsadat lain yang lebih besar dan belum
tentu sepadan dengan prediksi maslahat yang akan didapat."
"Maksud pak Kamsud gimana sih, saya koq makin gak
paham?" "Maksud saya gini, pak Karman biasa shalat Jumat pakai baju
koko, sarung dan peci. Sekarang coba nanti pak Karman shalat Jumat pakai kaos
singlet, celananya setengah betis yang penting nutup aurat, kemudian pakai helm
sebagai ganti peci. Itu sah gak menurut pak Karman?
Dengan alasan; bahwa kaos singlet itu lebih adem kalo
dipake, dan helm itu jauh lebih menjamin keselamatan kepala kita?"
"Ya nggak sah tho pak Kamsud, masa' shalat pakai helm,
kurang kerjaan saja." "Shalatnya tetep sah pak Karman, karena shalat
itu yang penting pakaiannya suci dan menutup aurat, ini kaedah dasarnya, hukum
awalnya. Tapi memang, shalat dengan memakai helm itu sesuatu yang kurang
kerjaan, demikian juga shalat dengan kaos singlet, meskipun ada yang
membolehkan, tetap saja itu aneh dan kurang kerjaan.
Jadi, meskipun boleh, tapi jangan dilakukan!" "Koq
bisa pak, seuatu yang boleh tapi jangan dikerjakan?" "Jadi begini,
pak Karman tahu karung goni kan? Itu lho, yang biasa dibuat balap karung
anak-anak pas 17-an? Sekarang kalo umpamanya ada wanita yang memakai karung
goni untuk menutup auratnya, mulai dari atas sampai bawah dia pakai karung
goni, lalu dia jalan ke pasar, ikut majlis taklim dan nganter anak ke sekolah
dengan kostum kaya gitu, boleh gak itu?
Secara hukum dasar itu boleh-boleh saja, karena Islam hanya
memerintahkan wanita menutup auratnya dengan batasan yang jelas, adapun
mengenai jenis kain yang digunakan, itu kan gak ada keterangan detailnya. Jadi
hal semacam ini, meskipun boleh, tapi aneh di sebuah masyarakat, makanya jangan
dilakukan karena bisa menimbulkan fitnah." "Tapi kan, nada Jawa itu
bukan sesuatu yang aneh bagi masyarakat kita Pak?" "Tidak aneh kalo
untuk wayangan, tapi aneh kalo untuk baca Quran.
Seperti memakai sarung itu tidak aneh kalo buat shalat di
masjid, tapi coba pakai sarung saat ngantor atau ngajar di sekolahan, anak SD
juga tahu kalo itu aneh dan mereka bakal ngetawain kita."
"Jadi intinya boleh tapi jangan dikerjakan? Kalo saya
tetap melakukannya gimana pak?" "Ya sudah gini saja pak, sekarang
bapak punya Warteg yang banyak pelanggannya, biasanya saat pak Karman melayani
pelanggan maka pak Karman akan membersihkan piring dengan sebuah kain lap.
Sekarang coba bapak pergi ke toko dan beli CELANA DALAM yang
baru, paling bagus, paling mahal, merk-nya terkenal, steril dan belum pernah
dipakai, kemudian pak Karman kalau ada pelanggan datang, nanti pak Karman nge-
lap piringnya pakai celana dalam yg baru itu, gimana?"
"Ah, aneh-aneh saja pak Kamsud ini, koq idenya nggilani
kaya gitu?!" "Lho, ini bukan nggilani pak, pada faktanya, mohon maaf
ini, CELANA DALAM yang baru dari toko itu jauh lebih bersih dari kain lap punya
pak Karman yang sudah dipakai berkali-kali, keduanya sama-sama kain, yang
membedakan hanya bentuk jahitannya saja.
Jadi secara hukum dasar, sah-sah saja kalau pak Karman
menggunakan CELANA DALAM buat nge-lap piring." "Kalo kaya gitu
pelanggan saya nanti bakal kabur semuanya lah pak Kamsud."
"Nah, itulah yang ingin saya sampaikan pak Karman. Kita
ini hidup di tengah masyarakat Indonesia, kita harus paham mana yang telah
menjadi perspektif paten dalam sebuah masyarakat, sehingga hal tersebut perlu
kita jaga dan tak perlu kita mengada-ada sebuah inovasi dengan alasan yang kita
buat-buat namun ide tersebut justru membuat masyarakat ribut dan
berpecah-belah.
Sudah cukuplah kita ini diuji dengan banyak hal, apa tidak
cukup kita diuji dengan harga-harga meroket namun mata uang justru menghujam
dan menyelam?
Islam Nasionalis itu
adalah Islam yang sadar dia tengah hidup di mana dan berhadapan dengan siapa,
jangan terlalu anti banget lah dengan yang berbau-bau Arab, masa' nanti kalo
kita mati minta dikafanin dengan batik? Dan gak mau dikafanin dengan kain
putih? Mungkin itu boleh, tapi sekali lagi, jangan dikerjakan!"
"Pertanyaan terakhir pak, tadi pak Kamsud nyinggung tentang Siasat Fatwa,
maksudnya apa itu pak?"
"Dalam konteks ini maksud saya adalah; menghindari
kontroversi horisontal antara masyarakat yang dapat menjerumuskan ke dalam
perpecahan.
Sebisa mungkin kita hindari hal tersebut dengan mengambil
pendapat yang dapat menyatukan umat. Dalam Al-Quran, hal ini dicontohkan oleh
Nabi Harun, yaitu saat Samiri, seorang gembong munafik bani Israel membuat
lembu sesembahan, Nabi Harun tidak lantas seketika menghukumnya, akan tetapi
mengakhirkannya hingga adik beliau, yaitu Nabi Musa datang.
Pada dasarnya menyekutukan Allah itu dosa besar, tapi dengan
kecerdasan Siasat Fatwa agar bani Israel tidak terpecah-belah, Nabi Harun kala
itu lebih mengedepankan persatuan umat daripada permasalahan akidah. Walaupun
memang, akhirnya mereka mendapat hukuman juga.
Jadi, tugas pemimpin itu adalah menjaga persatuan rakyatnya,
bukan malah bikin mereka ribut dan saling hujat." "Okelah pak Kamsud,
makasih buat sharingnya!" "Saya juga terimakasih buat pak Karman,
yang bakalan kasih saya makan gratis pagi ini.. hehe." "Haha.. cerdik
juga pak Kamsud ini, boleh, boleh.. silahkan makan sepuasnya. Khusus buat hari
ini pak Kamsud saya gratisin.." "Naaah.. gitu dong, itu baru
bener-bener Muslim Nasionalis, membantu dan merangkul saudaranya yang tengah
kelaparan.. haha.."
Sign up here with your email
Conversion Conversion Emoticon Emoticon