::: Koleksi-Sharing.Blogspot.com :::
Koleksi 'sharing' yang beredar di media sosial (WA, BBM, dll).
Dikumpulkan di sini agar kita sewaktu-waktu bisa mencarinya kembali.

Daripada disimpan di HP, kirim koleksi anda ke sini.
Caranya lihat di menu "Cara Mengirim".

Kebenara Dibalik Nisfu Sya'ban

malam nisfu sya'ban

Beredar di media sosial - Hati-hati dengan banyaknya beredar info nisfu sya'ban.

Mudah-mudahan yg berikut ini menjadi pertimbangan :

* Beberapa Hadits Palsu Nishfu Sya'ban *

Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda :

"Barangsiapa yang berdusta atas namaku dengan sengaja, maka hendaklah ia mengambil tempat duduknya di Neraka" (HR. Bukhari no.110 dan Muslim no.30, hadits dari Abu Hurairah)

سَيَكُوْنُ فىِ آخِرِ الزَّمَانِ نَاسٌ مِنْ أُمَّتىِ يُحَدِّثُوْنَكُمْ بِمَا لَمْ تَسْمَعُوْا أَنْتُمْ وَ لاَ آبَاؤُكُمْ فَإِيَّاكُمْ وَ إِيَّاهُمْ

"Pada akhir zaman nanti akan ada para dajjal pendusta. Mereka akan datang kepada kalian untuk memberitakan berita yang tidak pernah didengar oleh kalian dan juga oleh bapak-bapak kalian. Oleh karena itu berhati-hatilah kalian kepada mereka. Sehingga mereka tidak akan bisa menyesatkan kalian dan juga tidak bisa menebar fitnah kepada diri kalian" (HR. Muslim no.7, hadits dari Abu Hurairah)

كَفَى بِالْمَرْءِ كَذِبًا أَنْ يُحَدِّثَ بِكُلِّ مَا سَمِعَ

"Cukuplah seseorang dianggap pendusta ketika dia menceritakan (menyebarkan) setiap apa saja yang dia dengar" (HR. Muslim no.5 dan Abu Dawud no.4992, hadits dari Abu Hurairah, lihat ash-Shahiihah no.205).

Banyak hadits-hadits yang beredar pada setiap Nishfu Sya'ban, padahal Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam tidak pernah berkata seperti itu, diantaranya adalah :

[1]. "Lima malam yang pada saat itu do'a tidak akan ditolak oleh Allah, (yaitu) malam pertama bulan Rajab, malam Nishfu Sya'ban, malam Jum'at, malam Idul Fitri dan malam Idul Adha" (HR. Ibnu 'Asaakir dan ad-Dailami, lihat Dha'iiful Jaami' ash-Shaghiir no.2852 dan adh-Dha'iifah no.1452, hadits dari Abu Umamah, hadits ini maudhu'/palsu).

[2]. "Jika tiba malam Nishfu Sya'ban, maka shalatlah di waktu malamnya dan puasalah di siangnya. Karena sesungguhnya Allah turun ke langit dunia saat tenggelamnya matahari lalu berfirman : "Adakah yang minta ampun, maka Aku akan mengampuninya ? Adakah yang meminta rizki, maka Aku akan memberinya ? Adakah yang sakit, maka Aku akan menyembuhkannya. Adakah yang demikian...adakah yang demikian....sampai terbit fajar" (HR. Ibnu Majah no.1388 dan al-Baihaqi dalam Syu'bul Iman III/378-379, hadits dari Ali).

Ibnu Rajab dalam Latha'iful Ma'aarif hal 143 dan al-Bushiri dalam az-Zawaa'id berkata sanadnya dha'if karena Ibnu Abi Sabrah, namanya Abu Bakar bin 'Abdillah bin Muhammad bin Abi Sabrah.

Imam Ahmad bin Hanbal dan Imam Ibnu Ma'in berkata : "Dia suka memalsukan hadits".

Imam Al-Albani berkata : "Bahkan hadits itu palsu" (lihat Dha'iif Ibnu Majah no.294/1388, Dha'iiful Jaami' ash-Shaghiir no.652, Dha'iifut Targhiib wat Tarhiib no.623 dan Silsilah al-Ahaadiits adh-Dha'iifah no.2132)

Juga perkataan Ibnu Hajar al-Asqalani dalam At-Taqriib. Imam al-Kattani berkata : "Abu Bakar bin Abdillah bin 'Ubaidillah as-Sobri wadhdho' (banyak memalsukan hadits)" (lihat Tanzih asy-Syari'ah juz I hal 131).

Imam an-Nawawi berkata : "Shalat Rajab, shalat Nishfu Sya'ban adalah dua bid'ah mungkar lagi jelek" (As-Sunan wal Mubtada'at hal 144 oleh Syaikh Muhammad Abdussalam al-Hudhari).

[3]. "Ketika Rasullullah sedang berkhutbah pada Shalat Jum’at (dalam bulan Sya’ban), beliau mengatakan Aamiin sampai tiga kali, dan para sahabat begitu mendengar Rasullullah mengatakan Aamiin terkejut dan spontan mereka ikut mengatakan Aamiin. Tetapi para sahabat bingung, kenapa Rasullullah berkata Aamiin sampai tiga kali. Ketika selesai shalat Jum’at, para sahabat bertanya kepada Rasullullah, kemudian beliau menjelaskan : "Ketika aku sedang berkhutbah, datanglah Malaikat Jibril dan berbisik, wahai Rasullullah aminkan do’aku ini"

Do’a Malaikat Jibril itu adalah :
"Ya Allah tolong abaikan puasa ummat Muhammad, apabila sebelum memasuki bulan Ramadhan dia tidak melakukan hal-hal yang berikut :

(1). Tidak memohon maaf terlebih dahulu kepada kedua orang tuanya.
(2). Tidak bermaafan terlebih dahulu antara suami istri.
(3). Tidak bermaafan terlebih dahulu dengan orang-orang di sekitarnya.

Hadits do'a Malaikat Jibril itu tidak terdapat di kitab-kitab hadits, sudah dicari dalam kitab-kitab hadits, kitab-kitab tafsir, kitab-kitab karya Syaikh al-Albani dan juga di kitab-kitab takhrij, semuanya berjumlah 184 kitab tapi hadits itu tidak ditemukan. Hadits ini gharib (asing), la asla lahu (tidak ada asalnya) dan palsu. Coba saja tanyakan kepada yang mengirimkannya, pasti dia tidak akan bisa menginfokan dari mana sumber hadits itu.

Riwayat yang benar tentang doa Malaikat Jibril yaitu hadits dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, ia berkata :

أن رسول الله صلى الله عليه وسلم رقي المنبر فقال : آمين ، آمين ، آمين ، فقيل له : يا رسول الله ، ما كنت تصنع هذا ؟ فقال: قال لي جبريل : أرغم الله أنف عبد أو بَعُدَ دخل رمضان فلم يُغفر له ، فقلت : آمين ، ثم قال : رغم أنف عبدٍ أو بَعُدَ أدرك والديه أو أحدهما لم يُدخله الجنة ، فقلت : آمين ، ثم قال : رغم أنف عبد أو بَعُدَ ذُكِرتَ عنده فلم يصل عليك ، فقلت : آمين

"Bahwasanya Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam naik ke atas mimbar dan mengatakan : "Aamiin, aamiin, aamiin. Lalu seseorang bertanya kepada beliau : "Wahai Rasulullah, apa yang sedang engkau lakukan ?" Beliau menjawab : "Malaikat Jibril berkata kepadaku : "Semoga Allah mencelakakan seorang hamba atau menjauhkannya, (yaitu) orang yang  mendapatkan bulan Ramadhan, tetapi dirinya tidak mendapatkan ampunan. Maka aku pun berkata : "Aamiin". Kemudian (Jibril) mengatakan: "Celakalah seorang hamba atau dijauhkan, (yaitu) orang yang mendapatkan kedua orang tuanya atau salah salah satu dari keduanya (masih hidup), akan tetapi hal itu  tidak memasukkannya ke Surga". Maka aku pun mengatakan : "Aamiin". Kemudian (Jibril) mengatakan lagi : "Semoga Allah mencelakakan seorang hamba atau menjauhkannya, disebutkan namamu, tetapi dia tidak bershalawat kepadamu". Maka akupun berkata : "Aamiin".

(HR. Ibnu Khuzaimah, lafadz hadits berasal darinya, at-Tirmidzi, Ahmad, Ibnu Hibban dan al-Hakim).

Hadits ini derajatnya hasan shahih, lihat Imam al-Mundziri dalam at-Targhiib wat Tarhiib, 2/114, 2/406, 2/407 dan 3/295, Imam adz-Dzahabi dalam al-Madzhab IV/1682, Imam al-Haitsami dalam Majma’ az-Zawaid VIII/142, Ibnu Hajar al-Asqalani dalam al-Qaulul Badi‘ no. 212 dan Imam al-Albani dalam Shahihut Targhib wat Tarhib no. 1679, Shahiihul Jaami' ash-Shaghiir no. 3510)

Dalam riwayat lain yang mirip teks haditsnya yaitu HR. Al-Bazzar dalam Majma’uz Zawaid X/1675-166 dan al-Hakim IV/153, haditsnya dishahihkan dan disetujui oleh Imam adz-Dzahabi, hadits dari Ka’ab bin Ujrah, kemudian diriwayatkan juga oleh Imam al-Bukhari dalam al-Adabul Mufrad no. 644, lihat Shahih al-Adabul Mufrad no. 500, hadits dari Jabir bin Abdillah.

🔊 Ust. Najmi Umar Bakkar
×
Judul