::: Koleksi-Sharing.Blogspot.com :::
Koleksi 'sharing' yang beredar di media sosial (WA, BBM, dll).
Dikumpulkan di sini agar kita sewaktu-waktu bisa mencarinya kembali.

Daripada disimpan di HP, kirim koleksi anda ke sini.
Caranya lihat di menu "Cara Mengirim".

VALENTINE : TOLERANSI ATAU TASYABBUH ?

http://beredardimedsos.blogspot.com

Dari berbagai versi sejarah asal usul lahirnya hari Valentine, salah satunya adalah sbb.:

Pada sekitar abad ketiga Masehi hidup seorang laki-laki bernama Saint (Santo) Valentine yang mengabdikan dirinya sebagai pendeta pada masa pemerintahan Kaisar Claudius III. Ketika itu sang Kaisar memiliki ambisi besar untuk membentuk tentara dalam jumlah yang besar, dan berharap agar kaum lelaki dengan suka rela mau bergabung menjadi tentara. Namun banyak rakyat yang tidak bersedia.

Penolakan rakyatnya itu telah membuat sang Kaisar semakin gusar. Kemudian sang Kaisar mengeluarkan kebijakan ekstrim dengan melarang kaum lelaki untuk menikah dan memaksa mereka untuk mengikuti wajib militer. Tentu saja kebijakan ini semakin ditentang oleh rakyatnya, karena dianggapnya tidak manusiawi. Dan Saint Valentine, walau pun secara sembunyi-sembunyi tetap menjalankan salah satu tugas nya sebagai pendeta, yaitu menikah kan para pasangan yang ingin menikah.

Pembangkangan Valentine inilah yang menyeretnya ke dalam penjara, dan akhirnya dihukum mati pada tanggal 14 Pebruari 269-M. Sebelum eksekusi mati dilaksanakan, banyak orang yang bersimpati kepada Valentine dengan mengunjunginya ke penjara dan membawa bunga serta membuat catatan-catatan kecil di jendela penjara. Salah satunya adalah putri seorang sipir penjara. Pada tahun 496-M Paus Gelasius mengabadikan tanggal 14 Pebruari sebagai tanggal penghormatan bagi Saint Valentine. Akhirnya secara gradual setiap tanggal 14 Pebruari dijadikan sebagai hari istimewa untuk saling tukar menukar pesan kasih, dan Saint Valentine menjadi patron dari para penabur kasih. Tanggal dan hari tersebut kemudian ditandai dengan saling mengirim puisi dan hadiah, seperti bunga, bahkan sering pula dengan pesta dansa (sesuai dengan budaya mereka).

Dari uraian singkat ini maka bisa ditarik kesimpulan, bahwa kaum remaja muslim yang ikut merayakan atau berpartisipasi aktif maupun tidak aktif dalam kegiatan “Hari Valentine”, konsekuensi nya bukan hanya sekedar halal-haram atau boleh tidaknya, tetapi sadar atau tidak sadar mestinya kita bisa melihat bahwa dibalik kegiatan itu terselubung propaganda dan prosesi pengikisan akidah yang ditujukan kepada kaum remaja kita.

Kini sampailah pada satu pertanyaan, kenapa begitu banyak di antara remaja dan kaum muda kita yang latah ikut-ikutan merayakan hari valentine? Ada sejumlah analisa untuk menjawab pertanyaan ini, di antaranya;

1. Kebanyakan remaja muslim kita tidak mengerti latar belakang sejarah lahirnya hari valentine dan sama sekali tidak menganggap adanya muatan religi Kristiani di dalamnya. Sehingga mereka tidak merasa berdosa ketika mengikuti kegiatan semacam itu.

2. Mereka juga beranggapan bahwa hari valentine itu hanyalah sebagai salah satu bentuk budaya atau mode di era globalisasi ini yang dapat diserap dan dimanfaatkan oleh siapa saja baik kaum tua maupun muda.

3. Hanya latah mengikuti trend yang berkembang agar terkesan tidak ketinggalan zaman. Padahal Allah SwT mengancam orang yang latah (ikut-ikutan) semacam itu melalui firman-Nya di dalam surat Al-An’am (6) : 116: “dan jika kamu menuruti kebanyakan orang-orang yang di muka bumi ini, niscaya mereka akan menyesatkan mu dari jalan Allah. Mereka tidak lain hanyalah mengikuti persangkaan belaka, dan mereka tidak lain hanyalah berdusta (terhadap Allah)”.

4. Munculnya perasaan "loss of identity" yaitu kehilangan identitas pada sebagian remaja muslim kita. Lalu mereka mencari identitas lain sebagai pemuas keinginan untuk mendapatkan identitas global.

5. Keroposnya benteng pertahanan iman dan dangkalnya pemahaman ajaran agama, sehingga mereka tidak mampu lagi memilah budaya dan peradaban mana yang cocok buat konsumsi mereka sebagai generasi Muslim.

Celakanya, kondisi remaja kita yang seperti itu sudah dipahami betul oleh sebagian kaum Salibis. Sehingga konon seorang petinggi gereja pernah mengatakan bahwa para Missionaries tidak perlu merasa khawatir untuk melakukan tugas-tugas kristenisasinya di Indonesia, karena menurutnya kaum muslimin di Nusantara ini yang memahami isi Al-Qur’an tak lebih dari 10 % saja. Petinggi gereja itu juga mengatakan bahwa orang-orang Islam itu tidak perlu dimurtadkan menjadi Kristen. Tetapi cukup menjadikan mereka sebagai para pembangkang dalam agamanya sendiri, baik melalui pemahaman maupun paradigma pola pikirnya. Kalau sudah demikian masalahnya, maka apakah patut dikatakan bahwa orang Muslim yang ikut merayakan  Hari Valentine adalah karena alasan toleransi atau justru telah masuk dalam kategori “tasyabbuh” (menyerupai mereka)? Kalau tasyabbuh, maka Nabi saw mengingatkan kita melalu hadits riwayat Abu Dawud dan Ahmad, dari Ibnu ‘Umar r.a:

من تشبه بقوم فهو منهم

”Barangsiapa menyerupai (kebiasaan) suatu kaum, maka ia termasuk bagian dari kaum itu”.

Wallahu a'lambishshawab.-
×
Judul