::: Koleksi-Sharing.Blogspot.com :::
Koleksi 'sharing' yang beredar di media sosial (WA, BBM, dll).
Dikumpulkan di sini agar kita sewaktu-waktu bisa mencarinya kembali.

Daripada disimpan di HP, kirim koleksi anda ke sini.
Caranya lihat di menu "Cara Mengirim".

Cerita Inspiratif -Competition vs Cooperation

http://beredardimedsos.blogspot.com

COMPETITION vs. COOPERATION

Cerita Inspiratif -Jumat lalu kedua anak saya menerima Report Card dari sekolahnya Ronald Reagan Elementary School. Di Indonesia namanya rapot.

Melihat keduanya dapat nilai-nilai yang sangat bagus sementara tidak tercantum info tentang rangking, saya tergoda bertanya ke salah satu gurunya.

 “Anak saya rangking berapa, Ms. Batey?”.

“Kenapa anda orang Asia selalu nanya begitu?”, jawabnya. (Weleh, salah apa ya, batin saya.)

“Anda sangat suka sekali berkompetisi. Di level anak anda, tidak ada rangking-rangkingan. Tidak ada kompetisi. Kami mengajari mereka tentang cooperation alias kerjasama".

"Mereka harus bisa bekerja dalam teamwork dan mereka harus bisa cepat bersosialisasi dan beradaptasi. Mereka harus punya banyak teman".

"Lebih penting bagi kami untuk mengajari mereka story telling dan bagaimana mengungkapkan isi pikiran dalam bahasa yang terstruktur dan sistematis. Kami mengajari mereka logika dalam setiap kalimat yang mereka ucapkan.”

(Dari sini rupanya kenapa temen-temen saya di kantor mentalnya ”How can I help you”, hampir gak pernah saya liat jegal-jegalan.

Dan di US, hampir semua profesi mendapatkan penghasilan yang layak, tidak harus semua jadi “dokter” seperti di Indonesia.

Semua orang boleh mencari penghidupan sesuai passionnya, sehingga semua bidang kehidupan sangat berkembang maju karena diisi orang-orang yang bekerja dengan gairah)

Weleh…saya jadi ingat, memang pendidikan di negeri saya sangat kompetitif.

Banyak orangtua yang narsis memajang prestasi anak-anaknya di sosmed. Tanpa disadari sebagian dari mereka nanti akan tumbuh menjadi orang-orang yang terlalu suka berkompetisi dan lupa bekerjasama. Kiri kanannya dianggap saingan dan dirinya harus menjadi yang terbaik.

Mending kalau dia mengembangkan dirinya supaya menang persaingan, yang ada kadang mereka menunjukkan baiknya dirinya dengan cara mengungkapkan jeleknya orang lain. Kalau bukan kita siapa lagi, begitu jargonnya…

Wuih, betapa arogannya, seakan-akan yang lain tidak mampu dan hanya dia yang mampu. Sakit mentalnya….

Bapaknya yang berkesempatan sekolah di sekolah-sekolah yang konon terbaik di tanah air sebenarnya juga pernah kena sindrom yang sama.

Bagaimana tidak? Setiap hari dicekoki bahwa anda putra terbaik bangsa, calon pemimpin masa depan dll selama bertahun-tahun. Tidak perlu saya cerita gimana yang Maha Kuasa memberikan tamparan bertubi-tubi di awal-awal masa kerja, supaya saya tidak terlalu jauh tersesat.

"Aku menang….aku menang"…..begitu suara anak-anak dari sebuah gang di ibukota. Entah permainan apa yg dimenangkannya…..

Entah kapan dia sadar bahwa hidup bukan melulu soal menang dan kalah.
×
Judul